Petualangan Nimo di
Dunia Kurcaci
oleh kevin
“Nimo bangun!”, Nenek memanggil sambil
mengetuk pintu kamar Nimo.
“Iya Nek….,” jawab Nimo sambil
menyingkirkan selimut yang masih dia pakai.
Segera Nimo langsung berdiri dan
berjalan membuka jendela kamarnya yang masih tertutup, ketika jendela kamar
Nimo terbuka, banyak sekali Kecoa yang berlarian kesana kemari. Maklum Nimo
adalah anak yang malas untuk membersihkan kamarnya, buku-buku, pakaian kotor
dan mainannya berserakan di lantai, sehingga banyak Kecoa di kamar Nimo. Salah
satu Kecoa hinggap di tubuh Nimo, Nimopun langsung berteriak dan berlari keluar
dari kamarnya.
“Nenek, Tolong…!!,” teriak Nimo.
“Ada apa Nimo, pagi-pagi kamu sudah
teriak-teriak?,” jawab Nenek sambil menyiapkan sarapan.
“Ada Kecoa Nek di kamar, terus tadi
hinggap ke tubuhku,” jawab Nimo sambil melihat ke tubuhnya untuk memastikan
apakah Kecoa itu masih ada apa sudah pergi.
“Salahmu sendiri, malas merapikan kamarmu
makanya jadi banyak Kecoa, sudah sana mandi!, nanti kamu terlambat kesekolah,”
Jawab Nenek sambil memberikan handuk kepada Nimo. Nimopun segera pergi menuju
ke kamar mandi yang terletak tak jauh dari kamarnya.
Selesai
mandi, Nimo langsung pergi menuju kamarnya untuk bersiap-siap pergi ke sekolah,
dengan rasa takut terhadap kecoa Nimo mulai membuka pintu kamarnya secara
perlahan, “Ah…aman, untung Kecoanya sudah tidak ada lagi,” Nimo berkata di
dalam hatinya. Nimo pun bergegas memakai seragam sekolahnya dan menyiapkan
buku-buku pelajaran kemudian dia masukan ke dalam tas sekolahnya. Selesai
bersiap-siap, Nimo langsung menuju ke meja makan, di sana Nenek sudah menunggu
Nimo untuk sarapan. Nenek sudah menyiapkan Roti Bakar untuk Nimo berserta
segelas susu pada pagi itu.
Nek…kenapa yah di kamarku banyak Kecoa?”
tanya Nimo kepada Nenek. Nenek menjawab dengan tersenyum, “ Salahmu sendiri,
Sudah besar masih malas membersihkan kamarmu, ingat besok kamu sudah berumur 8
tahun”.
“Iya Nek… hehehe, ternyata Nimo sudah
besar yah Nek? Besok sudah 8 tahun umur Nimo, tapi rasanya malas untuk
membersihkan kamar Nimo,” jawab Nimo sambil menyelesaikan makannya.
“Dasar kamu anak malas, ingat perkataan
Ayahmu, Jadi anak laki-laki tuh harus rajin,” jawab Nenek.
“Iya Nek, Nimo kangen Nek sama Ayah,
terakhir Nimo bersama Ayah, Nimo di ceritakan tentang petualangan Ayah mengambil emas di Afrika dan tentang Dunia
Kurcaci, Ayah juga berjanji akan mengajakku pergi ke Dunia Kurcaci,” jawab nimo
dengan sedih.
“ Sudah-sudah itu semua hanya karangan
Ayahmu, Dunia Kurcaci itu tidak ada itu semua hanya dongeng,” jawab Nenek
“Tapi Ayah tidak akan berbohong ke Nimo
Nek, Nimo percaya dengan semua yang Ayah katakan, Ayah juga sudah memberikan
bukti bahwa Dunia Kurcaci itu ada, di buku yang Ayah berikan ke Nimo saat ulang
tahun Nimo yang ke 7 tahun lalu ada foto Putri Kurcaci yang cantik, namanya
Cici,” jawab Nimo sambil menyangkal perkataan Nenek
“Iya…iya Nenek percaya dengan
perkataanmu, sudah sana berangkat sekolah nanti kamu terlambat lagi,” jawab
Nenek sambil memberikan tas sekolah ke Nimo
“Iya Nek, Nimo berangkat,” jawab Nimo
dengan suara yang lemah. Nimopun langsung pergi menuju ke sekolahnya yang
terletak tidak jauh dari rumahnya.
Sampai di sekolah, Nimo
langsung duduk dan melihat buku pemberian Ayahnya, Nimo membuka halaman pertama
buku itu, halaman pertama buku itu tertulis sebuah kalimat yang di tujukan
kepada Nimo “Nimo, sesuatu yang tidak
terlihat itu bisa menuntunmu,” nimo masih belum bisa memahami kalimat yang
Ayahnya tuliskan di buku itu. Kemudian Nimo membuka halaman Ke-Dua yang berisi
foto Putri Kurcaci yang bernama Cici, di bawah foto Cici si Putri Kurcaci itu
tertulis beberapa kata-kata yang berbunyi “mereka
memang ada dan aku menitipkan Harta Karunku di Dunia mereka, mereka dekat
dengan kita, Bulan Purnama adalah jalan masuk ke Dunia mereka” kata-kata
yang tertulis dan foto Cici yang terdapat di buku itulah yang membuat Nimo
yakin kalau Dunia Kurcaci itu memang ada. Nimo yakin dia akan menemukan Dunia
Kurcaci itu. Halaman selajutnya dari buku itu tidak ada sesuatu yang jelas,
tidak ada sesuatu yang dapat Nimo baca, halam itu hanya berisi kertas kosong
yang masih bersih. Tidak lama kemudian, Bu Gurupun datang, Nimo pun langsung
memasukan buku itu dan siap untuk mengikuti pelajaran yang akan disampaikan
oleh Bu Guru. Walaupun Nimo anak yang malas untuk membersihkan kamarnya, tetapi
nilai yang Nimo peroleh di sekolah sangat baik, tak jarang dia mendapatkan
peringkat Satu di kelas.
Sekolah pun selesai,
Nimo langsung bergegas pulang. Dalam perjalanan pulang, Nimo masih memikirkan
Dunia Kurcaci itu. Sesampainya di rumah, Nimo langsung menuju ke kamar dan
ketika Nimo membuka pintu kamarnya, kejadian yang sama tentang Kecoa terulang
lagi. Banyak kecoa berlarian kesana kemari, Nimo pun langsung pergi karena
ketakutan melihat Kecoa-kecoa itu dan mengambil buku pemberian Ayahnya yang dia
simpan di dalam tas, kemudian Nimo lemparkan tas itu ke tempat tidurnya.
Akhirnya Nimo pergi dari kamarnya sambil membawa buku itu menuju ke kamar
Ayahnya. Di sana Nimo berfikir mencari tahu arti dari kata-kata yang ada di
dalam buku itu. Hingga tak terasa Nimo telah menghabiskan banyak waktu di sana.
Haripun mulai gelap, karena lampu kamar itu mati, akhirnya Nimo mengambil
sebatang lilin yang berada di Dapur dan kemudian Nimo bawa ke kamar Ayahnya. Dinyalakan
lilin tersebut, Ketika Nimo akan melanjutkan membaca buku itu, tiba-tiba
Neneknya memanggil Nimo. “Nimo…makan malam dulu!” teriak Nenek, “Iya
Nek…,”jawab Nimo. Nimo pun langsung keluar dari kamar Ayahnya dan menuju ke
meja makan, sampai di meja makan, Nimo langsung memakan makanan yang sudah
Nenek siapkan dengan tergesa-gesa. “Makannya yang pelan Nimo, tidak baik,” kata
Nenek kepada Nimo, Nimo pun menjawab dengan mulut penuh makanan, “Iya Nek”.
Tidak lama kemudian Nimo pun sudah seleseai makan malam, Nimo langsung menuju
ke kamar Ayahnya, sambil berlari Nimo berkata kepada Neneknya,”Nek..Nimo akan
tidur cepat malam ini, Nimo tidur di kamar Ayah”.
Sesampai di kamar
Ayahnya, Nimo kembali melanjutkan membaca buku itu, lilin pun kembali
dinyalakan. Nimo mendekatkan buku itu ke lilin, agar cahaya lilin dapat
menerangi Nimo saat membaca dan ketika Nimo membuka halaman kosong di dalam
buku itu, ternyata halaman itu tidak lagi kosong, terdapat gambar peta dimana
letak Dunia Kurcaci dan cara masuk kedalam Dunia Kurcaci itu. Nimo heran
melihat halaman yang mulanya kosong, tetapi sekarang sudah berisi sebuah gambar
peta, Nimo penasaran apa penyebab semua itu, ketika Nimo menjauhkan buku itu
dari lilin dan ternyata gambar peta itu hilang dan ketika dia dekatkan gambar
itupun muncul lagi. Akhirnya Nimo sadar dengan pesan Ayahnya kepada Nimo di
buku itu, ternyata peta dalam buku itu di gambar dengan tinta yang dapat
dilihat apabila ada cahaya lilin. Berkat peta itu, sekarang Nimo sudah tau
dimana letak Dunia Kurcaci dan bagaimana cara masuk ke Dunia Kurcaci itu. Nimo
pun berencana besok pagi dia akan mempelajari peta itu karena besok tepat hari
Minggu dan malam harinya dia akan memulai petualangannya menuju Dunia Kurcaci.
Nimo pun langsung bergegas untuk tidur dan dia tak sabar akan hari besok,
karena Dunia Kurcaci yang ingin dia datangi akan dapat
Nimo kunjungi dan besok Nimo juga akan berumur 8 tahun.
Pagi pun datang, Nimo
langsung bangun dan menuju ke ruang tamu. Di ruang tamu, roti ulangtahun yang
sudah di siapkan Nenek sudah terletak di atas meja berserta lilin yang sudah
menyala. Nimo pun merasa sangat senang, Nimo mendekati roti ulang tahun itu,
dan Nenek datang dari kamar membawa sebuah kado. “Cepat Nimo tiup lilinnya, dan
mintalah sebuah keinginanmu,” kata Nenek, Nimo segera meniup lilin itu dan menyebutkan
keinginannya, Nimo ingin agar ulangtahun berikutnya Ayahnya bisa ada untuk
merayakan bersama ulangtahun Nimo. Setelah itu, Nimo membuk kado yang dia dapat
dari Neneknya. Kado itu berisi sebuah Lensa Pembesar yang ternyata sudah di
siapkan oleh Ayahnya sebelum Ayahnya pergi, Nimo sangat senang dengan hadiah
itu. Selesai Nimo merayakan ulangtahunnya, Nimo bergegas menuju kamar Ayahnya
untuk mempelajari peta yang ada di buku itu.
Hari itu pun Nimo hanya
berada di kamar Ayahnya, banyak waktu yang dia habiskan untuk mempelajari peta
tersebut. tidak sia-sia Nimo menghabiskna banyak waktu untuk mempelajari peta
itu, akhirnya dia tahu jalan menuju ke Dunia Kurcaci. Ternyata pintu masuk
menuju Dunia Kurcaci terletak pada Pohon Rambutan yang berada di depan rumahnya
dan pintu menuju ke Dunia Kurcaci terbuka ketika cahaya bulan tepat berada di
atas lobang kecil yang terletak di bagian Pohon Rambutan itu. Ternyata semua
yang tertulis di buku itu benar, tetapi hanyan disampaikan secara tidak
langsung oleh Ayahnya. Nimo pun segera bersiap-siap untuk melakukan
petualangannya nanti malam.
Malam hari pun telah
datang, setelah Nimo selesai makan malam bersama Neneknya, Nimo kembali ke
kamar Ayahnya dan melihat ke jendela, ternyata Bulan Purnam telah muncul pada
malam itu. Ketika Nenek sudah tertidur, Nimo diam-diam keluar dari rumah dengan
hanya membawa Lensa Pembesar itu yang Nimo harap akan membawa sebuah
keberuntungan. Nimo langsung menuju ke Pohon Rambutan yang ada di depan
rumahnya, dan dia mencari lubang kecil yang ada di pohon rambutan itu, lumayan
lama Nimo mencari lubang kecil pohon itu dan akhirnya lubang itu berhasil Nimo
temukan, tetapi Cahaya Bulan Purnama tidak tepat berada di lubang yang berada
di pohon rambutan. Nimo pun mencari cara agar Cahaya Bulan Purnama bisa tepat
berada di atas lubang itu. Setelah lama berfikir, akhirnya Nimo berhasil
menemukan cara untuk mengarahkan Cahaya Bulan Purnama, Nimo mengeluarkan Lensa
Pembesar yang dia dapatkan tadi pagi, dan ternyata Cahaya Bulan Purnama dapat
Nimo pantulkan, segera Nimo mengarahkan Lensa Pembesar ke arah lubang yang
berada di Pohon Rambutan, ketika Cahaya Bulan Purnama berhasil Nimo arahkan
tepat ke atas lubang yang berada di Pohon Rambutan, Pohon Rambutan itu bergetar
dan terbukalah sebuah pintu dari balik Pohon Rambutan. Ternyata Lensa Pembesar
itu benar-benar membawa sebuah keberuntungan, pintu menuju ke Dunia Kurcaci
sekarang sudah ada di depan mata, Nimo segera bergegas masuk kedalam pintu itu.
Dengan perasaan sangat senang Nimo mulai melangkahkan kakinya masuk kedalam dan
apa yang terjadi, Nimo berubah menjadi Kurcaci, Nimo berubah menjadi manusia
yang kecil. Nimo kaget dengan perubahan itu, kabut putih menutupi penglihatan
Nimo dan setelah kabut putih itu hilang, Nimo tidak percaya dengan apa yang dia
lihat. Nimo melihat sebuah kerajaan yang rakyatnya adalah para Kurcaci yang
Ayahnya ceritakan, Nimo masih tidak percaya dengan semua hal yang dia lihat
sekarang.
Ketika Nimo sedang
berjalan-jalan melihat sebuah desa yang dihuni oleh para kurcaci, tiba-tiba
dari arah depan Nimo para kurcaci itu berlarian kesana kemari sambil berteriak
“Lari-lari..cepat lari,” Nimo pun bingung apa yang terjadi. Ternyata desa itu
sedang di serang oleh para Prajurit dari Kerajaan Kecoa, mereka menghancurkan
seisi desa dan merusak apapun yang mereka lewati. Hampir saja Nimo menjadi
korban para Prajurit dari Kerajaan Kecoa, tetapi seseorang telah
menyelamatkannya. Ternyata kurcaci yang menyelamatkan Nimo adalah Cici si Putri
Kurcaci yang dia lihat di buku pemberian Ayahnya. Nimo tak menyangka bahwa dia
akan bertemu dengan Cici dan diselamatkannya. Nimo pun mengucapkan terima kasih
kepada Cici dan mereka saling berkenalan satu sama lain. Cici bertanya kepada
Nimo, “kamu tidak apa-apa? Kamu bukan berasal dari dunia kami kan?”
“Iya aku tidak apa-apa, terima kasih
telah menyelamatkanku, bagaimana kamu tahu aku bukan berasal dari dunia
kalian?” jawab Nimo dengan terkejut
“Sudah kewajibanku sebagai calon
pemimpin untuk melindungi rakyatku, iya jelas aku tahu, dulu ada seorang Pria
yang datang kemari dan dia membantu kami dengan membuat sebuah saluran air
untuk mengairi hasil kebun kami, tapi sekarang dia telah ditahan oleh Kerajan
Kecoa” jawab Cici sambil berjalan mengajak Nimo ke Istana.
“Apa..!!? Ayah…, dia ayahku!!” jawab
Nimo dengan terkejut karena Ayahnya masih hidup.
“ Jadi ternyata kamu anak dari Pria
itu?, cepat kita ke Istana dan temui Raja.
Sesampainya
di Istana, Nimo di perkenalkan dengan Raja. Cici menceritakan kepada Raja bahwa Nimo adalah anak dari Pria yang
memabantu Kerajaannya. Nimo di sambut dengan hangat oleh Raja. Setelah Nimo
berbincang-bincang dan bertanya tentang Ayahnya yang di tahan di Kerajaan
Kecoa. Akhirnya Nimo tahu alasan kenapa Ayahnya tidak kembali kerumah dan Nimo
jadi mengerti alasan kenapa Ayahnya ditahan di Kerajaan Kecoa, karena para
Kecoa tidak senang akan kebersihan dan semua makanan menyehatkan yang di
hasilkan oleh para Kurcaci dengan bantuan Ayah Nimo. Nimo pun berkeinginan
menyelamatkan Ayahnya dan membantu para Kurcaci untuk melawan Kerajaan Kecoa,
semua Kurcaci membantu dan mendukung apa yang akan Nimo lakukan. Nimo dan Cici
akirnya membuat sebuah rencana untuk mengalahkan Kerajaan Kecoa itu. Setelah
melakukan perundingan yang sangat lama, akhirnya Nimo dan Cici mulai
melaksanakan rencana yang telah mereka susun. Mereka akan menyelinap masuk
kedalam Kerajaan Kecoa dan menyelamatkan Ayah Nimo, setelah itu Raja dan
Prajuritnya membuka saluran air yang telah di ubah salurannya menuju kerajaan
Kecoa itu. Ternyata cara Nimo dan Cici berhasil, akhirnya Nimo kembali lagi
bertemu dengan Ayahnya dan Kerajaan Kurcaci sekarang aman dari serangan
Kerajaan Kecoa. Raja dan Cici dan juga seluruh warga Dunia Kurcaci berterima
kasih kepada Nimo. Nimo beserta Ayahnya segera kembali keluar dari Dunia
Kurcaci, karena pintu keluar menuju ke dunia Manusia akan tertutup ktika
matahari mulai terbit.
Nimo
dan Ayahnya tepat waktu kembali ke Dunia Manusia, dan pagi itu Nenek terkejut
melihat bahwa Anaknya ya itu Ayah Nimo pulang bersama Nimo. Ternyata apa yang
Nimo inginkan menjadi kenyataan, ulangtahun tahun depan Nimo dapat merayakan
dengan Ayah dan Neneknya. Mulai saat itu, Nimo jadi anak yang rajin
membersihkan kamarnya, supaya para kecoa itu tidak lagi muncul untuk menggangu
Nimo dan Dunia Kurcaci.
Cerpen Kiriman dari Kevin , siswa SMA jurusan Bahasa Indonesia di daerah yang tidak au dia sebutkan